
suku Baduy luar merupakan orang orang yang telah keluar dari adat dan wilayah baduy dalam, pada dasarnya peraturan yang ada di baduy dalam dan baduy luar hampir sama, cuman warga baduy luar lebih mengenal teknologi seperti peralatan elektronik, meskipun penggunaanya masih tetap menjadi larangan artinya boleh memiliki tetapi dilarang menggunakan ( hemmmmm.....megang dagu sendiri). Proses pembangunan rumah untuk penduduk baduy luar sudah menggunakan alat bantu seperti palu, paku dll. Sedangkan pakaian adat untuk baduy luar adalah warna hitam atau biru tua untuk laki laki yang menandakan mereka sudah tidak suci. dan mereka tinggal mengelilingi warga baduy dalam.
sekitar dua jam perjalanan, kami melewati jembatan yang merupakan perbatasan wilayah baduy dalam, jembatan yang hanya terbuat dari bambu dan diikat dengan ijuk dan pondasi dari pohon sekitarnya ini sungguh sederhana....saat itulah semua perangkat gadjed dan kamera dan alat perekam apapun harus dimatikan dan disembunyikan dalam tas masing masing, mengapa????????
kami adalah tamu....apapun itu, kami harus menghormati aturan yang sudah ditetapkan disana....atau kami akan kena hukum adat baik yang kasat mata ataupun yang tidak kasat mata....aiiihhhh....untuk yang terakhir itu, kami tobat....nggak mau ambil resiko dach....
suku baduy dalam memiliki budaya yang sangat asli dan tinggal di hutan pedalaman, mereka tidak mengijinkan orang luar tinggal bersama mereka, bahkan menolak orang asing alias bule...( urungkan niat dech kalo punya gebetan bule....kagak bakal bisa masuk dech ....) suku ini sangat taat mempertahankan adat istiadat warisan nenek moyangnya, mereka megenakan pakain putih, ikat kepala putih dan tidak berkancing ataupun berkerah, semua pakaiannya dibuat sendiri, dan setiap bepergian dilarang memakai kendaraan bahkan alsa kaki. weeekkkkk....
suku baduy dalam tidak mengenal budaya baca tulis, anak anak mereka hanya sekitar sewah dan kebun, mereka tidak mengenal perkakas, semua bahan dan alat di ambil dari hutan dan dikerjakan secara gotong royong. penduduk yang memuja arwah nenek moyang ini menolak beradpatasi dengan dunia modern, baginya beginilih cara melestarika adat leluhurnya, sehingga banyak cerita atau sejarah mereka hanya ada di ingatan atau cerita lisan saja
seperti yang akan aku gambarkan berikut, betapa tidak....suasana sangat indah, namun kami tidak bisa merekamnya....semoga tulisanku ini bisa memberikan gambaran keadaan disana.....gak usah muluk muluk, aku hanya sehari disana, pastinya banyak yang nggak sempat tertangkap mata indahku ( ehem...), secara setelah melewati jembatan perbatasan...hujan lebat menghantam kami, sungguh menakjubkan, tanjakan dengan hujan lebat, licin, terpeleset, compang camping, basah kuyup, terengah engah....dan kami masih bisa tersenyum.....bravo....kalian sangat hebat dan menyenangkan....
mendekati perkampungan kami sudah hampir kehabisan napas, jam menunjukkan sudah pukul 17.30 WIB...busyett....sesuatu banget kami sampai di tempat kami akan menginap, di cikeusek rumah ibu dan bapak sani dengan satu anak balita. rumahnya sangat sederhana terbuat dari bambu, dan tali temali beratap ijuk, lantainya dari bambu yang dianyam seadanya, semuanya diikat dengan tali bambu juga tanpa paku sama sekali dan pintunya juga. di tempat kami numpang menginap ada satu kamar yang orang baduy menyebutnya "imah" yaitu kamar atau ruangan khusus untuk kepala keluarga dan isterinya sekaligus dapur sekaligus gudang, soalnya semua perkakas ada didalam satu kamar, sedang kami semua tidur berjajar di ruang panjang di depan kamar tersebut. semua rumah disini bentuknya sama, warga baduy tidak mau merubah alam, membangun rumah mengikuti kontur tanah yang ada, sehingga kelihatan bertumpuk, bahkan tiang penyangga rumah tidak ada yang sama tingginya, tergantung kemiringan tanahnya.....( ini teknologi sangat cerdas, karena rumah akan tahan gempa dan fleksible ) kebayangkan....bagaimana bingungnya aku mencari tempat bu sani, setelah dari toilet...eh toilet adalah sungai super bersih dengan batuan yang sangat berkilau. selepas makan malam yang dikirim dari baduy luar (...ya secara kami gak bawa alat masak, manja banget... ) dan menjemur aneka perkakas kami yang basah kuyup, bau lagi...ihhhh....sambil mengobrol, merenung, dan bersyukur....begitulah....ternyata duniaku lebih berwarna di luar sana......
pagipun tiba...... orang baduy luar banyak yang masuk kedalam dan menjual aneka souvenir....dan kamipun packing, bismilah...kami meninggalkan kampung ini dengan banyak pikiran yang masih menggantung, antara senang dan sedih, antara kasihan dan haru...entahlah, banyak doa bersautan semoga warga desa ini masih sabar dan tidak akan terpengaruh dengan budaya yang kami bawa kenasa, masih murni dan setia menjalankan adatnya....penuh sesal...betapa sesungguhnya kamilah yang sok pengen tau ini menjamah wilayahmu, memamerkan segala modernisasi kami kesana, mengimingi aneka cemilan ke anak penerusmu, menganggapmu tontonan.......ahh......maafkan aku.....
perjalanan turun dari pedalaman banyak dilaui dengan diam ( aslinya ngos ngosan juga )...selamat tinggal baduy, aku akan menceritakan tentangmu ......teruslah berbesar hati , karena kalian memang murni............
thanks to all team.....kalian hebat............and Backpaker Indonesia yang mewujudkan mimpiku mengunjungi negeri 1001 larangan.
|