Senin, 08 September 2014

Negeri para Dewa



Hujan deres bagai welcome drink ku mengawali perjalanan panjang ke Wonosobo. Memang sudah tiba saatnya ...... setelah menunggu hampir tiga bulan sejak mendaftarkan diri ikut sebuah agen travel menuju dataran tinggi Dieng dengan tajuk Dieng Culture Vestifal 2014.

Meeting point ditentukan di deket Citos Jakarta Selatan, Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, bus belum juga berangkat, masih menunggu peserta yang terjebak hujan, belum lagi hari itu adalah hari Jum’at dan merupakan hari keramat bagi jalanan ibukota, macetnya bisa berlipat lipat,  begitulah suka dukanya kalau backpakeran berombongan......

Bus berjalan sangat lambat, saking lambatnya bolehlah kita sebut “ngesot” hehehe...karena sampai jam 8 pagi keesokan harinya kami baru sampai di Banyumas. Kebayang nggak sech gimana lapar dan bosannya kami, sesekalai melihat buku saku sambil menelan ludah membayangkan beberapa ittenerary yang terlewat begitu saja.

Akhirnya perjalanan panjangpun berakhir jam 3 sore, bergegas kami menuju homestay "bu atun"  yang sudah di persiapkan oleh panitia DCF Wonosobo. Homestay adalah sebuah rumah warga yang disewakan bagi wisatawan baik lokal maupun mancanegara dengan tarif murah, plus makan pagi. Pemilik rumah menempati bagian belakang homestay, jadi kalau ada sesuatu yang kurang tinggal panggil ajah. lumayan bersih kondisi ruangan dan kamarnya lengkap dengan spingbed dan selimut tebal. cuman kamar mandinya hanya satu dan itu membuat antrian panjang para wanita.

Sejenak kemudian kami baru sadar bahwa bukan hanya rombongan kami yang menempati homestay itu, ternyata ada sesosok cowok sudah berkemas tidur di ujung ruangan ( hmmm...heran ), ternyata dia adalah tamu lain yang sudah memesan homestay ini sejak dua bulan yang lalu ( aihhh...aiihhhh, kalau gini siapa yang tanggung jawab ?? sebenarnya agak tidak nyaman juga, secara kita para hijbers, jadi gak bisa bebas buka bukaan di dalam homestay .... skip aja untuk adegan buka bukaan kalau gak ingin membeku ditempat, mengingat suhu mendekati 5 derajat celcius ).

Tantangan terbesar disini adalah berwudhu, karena menyentuh air rasanya seperti diguyur es batu ( mungkin seperti itulah rasanya ikut ice bucket chalengger itu, yang biasa dilakukan artis-artis di instagram ). Setelah makan pagi dicampur siang dan dimakan menjelang sore, kami bergegas menuju kawasan pertunjukan.  Berada di ketinggian 2093 Mdpl ada beberapa candi yang berdiri kokoh dan teguh menantang dinginya dataran tinggi deing, salah satunya adalah komplek candi Arjuna. Candi Arjuna  sendiri adalah sebuah candi yang bercorak hindu dan merupakan candi hindu tertua di Jawa, disinlah tempat pemujaan Dewa Siwa. Komplek candi ini terdiri daricandi Arjuna, candi Semar, candi Sembadra, candi Srikandi, dan candi Puntadewa. sepanjang mata memandang jajaran pengunungan dengan angkuh mengelilingi kami, wanginya bunga terompet menjadikan sekitaran candi Arjuna semakin bernuansa mistis, sayangya kawasan candi sedang disterilkan buat acara esok hari yang merupakan acara puncak Dieng culture Festifal yaitu ruwatan rambut Gembel. sambil makan kentang goreng yang bentuknya unyu, kami melengok ke camping Ground dengan latar belakang gunung dan awan.....indah sekaleeee...mupeng camping disini.  
bunga terompet yang wangi
makan kentang goreng
desa diatas awan
camping ground
Udara sudah semakin tajam menusuk, bergegas melewati ladang kol kami menuju homestay untuk sholat magrib. Selesai makan malam kami berkumpul untuk persiapan acara berikutnya yaitu menerbangkan lampion dan melihat jazz diatas awan.

Menerbangkan lampion bukanlah hal yang mudah, perlu kerjasama tim, dan tarraaa....lampion lampion kami mengudara memenuhi langit pandawa malam itu, disertai kembang api yang sahut menyahut...............ada sekitar 2500 lampion yang memerihkan festifal lampion malam itu.....
berkumpul sebelum berangkat ke festifal lampion
khursus menyalakan lampion, susah ternayata
siap siap....butuh kekompakan tim agar bisa terbang
bisaaaaaa......
ayooo....sudah siap terbang....
dan....terbang....horeeee
sekali lagi.....gak bosan bosaanya
pesta kembang api memanaskan negeri pandawa
lampionku
selalu ada kamera kamera lain yang bersinar
ribuan orang menyaksikan ini
Di areal festival lampion juga disediakan fasilitas buat membakar jagung, lengkap dengan arang dan bara api. Kami memang mendapatkan goodybag berisi lampion, jagung, kaos, selendang, tiket masuk, dan gantungan kunci. Jadilah sebelum pulang kami bakar bakar jagung sebentar.....

Puas makan jagung bakar yang manis, kami menuju tempat pagelaran jazz festival. Ahh ..musik jazz...aku bayangkan pasti akan membosankan....ya begitulah musik jazz memiliki irama dan nada yang spesifik dan tidak semua orang bisa menikmatinya termasuk aku. Lampu lampu sorot menghiasi sekitar panggung yang boleh dibilang sederhana. Ahh... lagi lagi aku salah.....perpaduan alat tradisonal dan modern sangat enak didengar, ribuan penonton terhipnotis termasuk aku. Kami semua bersila diatas rumput dengan jaket tebal, sarung tangan, dan bahkan berbelit sarung, tidak ada kemewahan disini, tidak ada kelas vip atau kelas festifal yang membedakan, kami semua bercampur menikmati romantisnya bumi para dewata malam itu. Rasanya seperti enggan beranjak, demi melihat jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, kami harus bergegas kembali ke homestay untuk istirahat sebelum mendaki ke puncak sikunir dini hari nanti.
jazz diatas awan.......hmmmmm
Tidur di dalam homestay gak kalah menantangnya, suhu mendekati 5 derajad membuat selimut super tebal dan jaket seperti tak berguna. tiba tiba alarm berbunyi menunjukkan pukul 1 dini hari, kami berkemas sambil menggigil...hehehehehheeh...polah tingkahnya lucu lucu, ada yang berjingkat jingkat, ada yang teriak teriak ada yang senam senam tanpa arah. Kami berkumpul di meeting point dengan persenjataan lengkap, maksudku persenjataan melawan dingin,...qiqiqiqiqi....jilbab double 2, t-shirt panjang doubel 2, jaket doubel 2, kaos kaki doubel 2, sepatu dan masih ditambah kupluk dan slayer...bayangkanlah betapa gembulnya diriku....sayang gan ambil gambar untuk yang ini...qiqiqiiqiqi

Sampai jam 2 dini hari, panitia, guide dan sopir bus belum pada nongol. Rupanya mereka ketiduran. Akhirnya keberangkatan ke puncak sikunir molor sampai jam 3.15 pagi. Setelah briefing sebentar kami ber 30 berangkat naek bus ke desa tertinggi di pulau jawa yaitu desa sembungan, merupakan desa tarkhir sebelum pendakian. mengapa puncak sikunir sangat terkenal sekarang ini, tak lain karena golden sunrise nya sangat indah, denger denger sech terindah no 3 se asia, bromo saja lewat...katanya...hehehheheheeh

Jalur pendakian ke gunung sikunir sebenarnya tidaklah terlalu jauh, sekitar 800 meter dari desa terakhir, namun karena pengunjung sedang banyak banyaknya, ada sekita 5000 orang menadki dalam waktu yang bersaaan, kebayangkan sesak dan berjubelnya jalur pendakian, asli...tanah abang aja lewat...
briefing sebelum pendakian
jalur pendakian yang berjubel
Ada sedikit hambatan bahkan sebelum memulai pendakian, yaitu sebagian rombongan kami merasa akan sia sia mendaki dengan kondisi  sesesak ini, khawatir tidak akan mendapat golden sunrise dan akan ketinggalan ruwatan rambut gembel esok pagi. Akhirnya sebagian besar rombongan kami menutuskan turun ( alias balik kucing, kacau wooii.... ).

Namum karena ada beberapa peserta rombongan yang sudah terlanjur naek, beberapa dari kami menyusul keatas, bagaimanapun mereka adalah anggota rombongan, gak mungkin ditinggal ( solusi cerdas oleh TL kami ). Memanfaatkan kesempatan itu aku ngikut keatas berniat menyusul anggota rombongan yang sudah naek duluan. 

aku seberanya bukanlah seorang traveller yang tergila gila sunrise ataupun sunset, mendaki bukanlah melulu untuk sebuah sunset, puncak bukanlah segala galanya seperti yang sudah sering saya tulis, perjalananlah yang membuat berarti. Menaklukkan ego sendiri adalah pelajarannya....hmmmm...

Semburat merah jingga di awan sudah mulai muncul, bahkan sebelum kami sampai di puncak sikunir, karena merambatnya jalan, kami tak berputus asa, terus maju menuju puncak sambil mencari cari anggota rombongan yang tercecer. dan inilah puncak sikunir dengan ketinggian 2350 Mdpl dan tidak seberapa luas, penuh sesak oleh pendaki, saat semburat mulai mencerah, seperti para penggemar yang bertemu artis pujaan, sorak sorai terdengar begemuruh sambil mengangkat segala macam alat perekam baik kamera hp ataupun kamera lainnya....persis konser yang ada di tv tv....
 
puncak sikunir dan penggemar golden sunrise
semburan orange itu lho...yang bikin speechless
sudut yang lain
menjelang terbit
top banget
itu lho...sudah mengintip mataharinya
lihatlah...sesaknya jalur pendakian
golden sunrise
Setengah jam di puncak, kami tidak juga bertemu rombongan, akhirnya kami putuskan turun....di sesaknya jalur turun itulah kami bertemu 2 anggota yang hilang....akhirnya...pekerjaan selanjutnya tinggal mencari yang 3 lagi ( anggota yang harus kami temukan adalah 5 orang ). Sambil berjalan turun sunrise sikunir benar benar muncul....indahnya....bersyukur jalanan macer, karena kami bisa berlama lama menikmatinya. Perjalanan pulang tak kalah macetnya, alhamdulillah kami menemukan 3 anggota lainnya di pelataran parkiran. Dan kami melanjutkan perjalanan dengan naek ojek, biar tidak ketinggalan acara berikutnya.
danau cebong, view turun dari sikunir
harmony yang indah
narsis dulu di desa diatas awan
Jam 9 pagi kami sampai di homestay, bergegas sarapan, mandi dan ganti kostum, langsung menuju pelataran candi arjuna untuk mengikuti prosesi pemotongan rambut gembel. Suasana sudah sangat ramai, semua penonton berdesak desakan, apalagi pintu gerbang pelataran candi belum juga di buka. Seletah berpeluh dan mengomel panjang dan lebar..dan waktu sudah menunjukkan jam 11 siang, satu persatu alat upacara diarak masuk ke pelataran candi, kemudian disusul anak anak yang berambut gimbal di panggul orang tuanya memasuki pelataran candi, beberapa saat kemudian giliran kami berbondong bondong memasuki pelataran candi, ada sekitar 10.000 pengunjung hari itu yang akan mengikuti prosesi pemotongan rambut gimbal. Begitulah modernisasi menjadi alat mudah untuk mensosialisasikan suatu tradisi, dahulu kala pemotongan rambut gimbal atau rambut gembel dilakukan oleh orangtua si anak secara pribadi dengan hanya mengundang beberapa tetangga. Sekarang sudah menjadi sebuah fenomena yang dikemas dalam balutan paket wisata. 

Anak berambut gembel biasa disebut sebagai anak bajang titipan dari ratu kidul atau ratu selatan dan titisan dari Nini Rance Kala Prenye untuk anak bajang berambut gembel perempuang, dan titisan dari Eyang Agung Kala Dente untuk anak bajang berambut gembel laki laki. Fenomena yang menyelimuti anak berambut gembel sangatlah mengusik rasionalitasku sebagai warga modern, bagaimana tidak permintaan si anak bajang harus dituruti oleh orang tuanya, jika tidak rambut si anak akan kembali gembel walau sudah dicukur berkali kali, fenomena gaib juga menyelimuti si anak gimbal ini yaitu mereka memiliki indera keenam dan kemampuan supranatural. Begitulah memiliki anak berambut gimbal bagai dua sisi mata uang bisa jadi mendapat berkah dan beban, berkahnya usaha yang dilakukan keluarga yang anaknya berambut gembel lebih cepat maju jika mengikuti perkataan dari anaknya, bebannya anak akan sering sakit apalagi saat rambut gembelnya tumbuh menanjang. 
Rambut gembel biasanya mulai numbuh disaat uasia anak mencapai satu tahun yang disertai dengan sakit panas luarbiasa, dan rambut tersebut akan selalu tumbuh menggembel kalau tidak diruwat, ruwatan juga harus sepersutujuan si anak biasanya disertai dengan permintaan, permintaan si anak juga macam macam ada yang lucu dan ada yang membutuhkan biaya besar. 

Prosesi ruwatan dimulai dengan doa doa yang dirapal oleh pemilik adar dieng untuk keselamatan si anak, si anak yang sudah dibebat dengan kain mori putih akan diarak berkeliling kawasan dieng disertai barang permintaanya dan beberapa sesaji di kirap oleh kesenian dan tari tarian. Si anak kemudian singgah di sendang sedayu deket komplek candi untuk mengambil air jamasan, kemdian dimandikan rambut gimbalnya dengan air dari sejumlah mata air, selanjutnya diarak ke pelataran candi untuk dipotong rambut gembelnya oleh pemuka adat setempat.

Setelah selesai, uborampe akan didoain dan dibagikan kepada semua pengunjung, acara akan ditutup dengan pelarungan rambut gembel ke laut selatan.
si anak bajang dipanggul bapaknya, penonton berebutan memberi hadiah
sepeda sebagai permintaan si anak bajang
uborampe ini akan dioain, nanti akan dibagi ke semua pengunjung
prosesi pemotongan rambut gimbal oleh pejabat berwenang
rambut gimbal berhasil dipotong
muka si anak bajang menjadi cerah setelah rambut gimbalnya di potong
mendapat amplop setelah pemotongan rambut
antusiasme warga dan wisatawan memadati pelataran candi Puntadewa
Fyuuuhhh...panas menyengat, tengah hari saat pemotongan terakhir rambut gimbal, tanpa menunggu rebutan uborampe saya sudah langsung kabur ke homestay, untuk packing bersiap siap ke tujuan berikutnya. 

sayang sekali karena alasan jalanan sangat macert dan alasan lain yang kurang jelas, semua agenda diurungkan, dan jam 16.00 wib kamu resmi pamit dan meninggalkan wonosobo.

Sepanjang perjalanan ke Jakarta aku hanya tidur sampai Jakarta sudah jam 09.00 wib, diiringi gerutuan para anggota se bus,  secara pasti satu bus telat ngantor........ Begitulah akhir dari perjalanku ke dieng negeri para dewa.

Banyak pelajaran, banyak makna, banyak cerita, akan selalu berbeda ....mau keman dimana kita berjalan jalan pasti akan terasa seru dan meyenangkan asal kita sendiri yang membuatnya demikian.

Terimakasih teman......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar